Banyak kalangan menyebut Jokowi bisa memenangi rivalitas melawan Prabowo dalam pemilihan presiden 2013 lantaran peran relawan. Sebagian relawan pun mengklaim peran mereka sangat menentukan, sehingga cenderung menafikan peran partai politik, terutama PDI Perjuangan sebagai partai dimana Jokowi ‘berasal’. Oleh karena itu, sesaat setelah Jokowi terpilih dan disebut sebagai petugas partai oleh penguasa PDI Perjuangan, bereaksi keraslah para relawan. Lalu, muncullah wacana perlunya bikin partai sendiri.

Pernyataan terbuka semacam ini merupakan cara Jokowi menghindari korupsi. Publik bisa menagih janji terbukanya ini, kapan saja.
Merespon wacana pendirian partai baru untuk Jokowi, saya kok merasa menjadi salah satu relawan (meski ecek-ecek) yang meragukan terwujudnya. Ada beberapa alasan yang melatari keyakinan atas pendapat saya.
Pengelolaan partai politik bukanlah perkara sederhana. Membangun jaringan hingga seantero Nusantara bukan saja memerlukan ketersediaan waktu, namun juga energi yang tak main-main. Selain itu, dibutuhkan sosok organisator yang mumpuni dalam segala bidang, sehingga benar-benar mampu merekrut kader-kader yang memiliki militansi tinggi dan kesamaan sikap dengan Jokowi, jika ia dijadikan patron/simbol.
Seorang Jokowi yang saya pahami adalah sosok yang konsisten, selalu berusaha menyamakan tutur dan tindakan untuk hal-hal prinsip, meski masih bisa melakukan kompromi untuk perkara-perkara teknis. Satu hal yang tak bisa diabaikan dalam menilai sikap dan perilaku Jokowi, adalah sapek kejawaannya. Continue reading